Menu

Mode Gelap
 

Kaba · 29 Aug 2023 18:42 WIB ·

Tenggelam Kedua Kalinya Malin Kundang


 Tenggelam Kedua Kalinya Malin Kundang Perbesar

PAREWA: Sanak Parewa, kini Batu Malin Kundang itu benar yang tenggelam. Dulu Malin Kundang yang tenggelam. Alamat badan sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sudah dua kali Malin Kundang tenggelam, ketika hidup tenggelam, kini setelah jadi batu tenggelam pula.

Bagaimana awal mula kisahnya Malin Kundang kita hanya mendapat tutur dari kaba. Malin Kundang dikutuk jadi batu sebab durhaka terhadap bundo kanduang. Ketika hidup dalam keadaan melarat-laratnya, dia meminta izin pada bundo kanduang mencari peruntungan nasib.

Jadi orang berada dia di rantau, pulang ke kampung membawa harta, tahta, dan wanita. Saat dia sudah sampai di kampung, di muara, karena kesombongan hidup, tidak dia akui keberadaan bundo kanduang. Marah besar Bundo Kanduang.

Saat anaknya kembali pergi mengarungi lautan, ibunya meratap-ratap. Berdoa kepada Yang Kuasa, sembari mengutuk anak kandung. Saat itu juga badai besar datang. Kapal pecah berderai. Merapat ke tepi. Malin Kundang menjadi batu sembaru bersujud. Serpihan-serpihan kapal yang diamuk gelombang juga ikut menjadi batu.

Saat nyawa sudah di ujung tenggorakan, sudah tidak ada segala sesal. Sudah tidak berguna segala tobat. Alamat hidup sengsara abadi di alam akhirat.

***

Penulis mendengar kaba ini saat masih kecil. Saat itu umur masih cecunguk. Segala yang didengar dianggap sebagai kenyataan. Berpikir bahwa Batu Malin Kundang yang di Pantai Aia Manih itu benar-benar kutukan dari seorang ibu kepada anaknya.

Saat pertama kali ke Pantai Aia Manih di masa usia sekolah dasar, saat melihat Batu Malin Kundang yang terbayang adalah kengeriaan kedurhakaan seorang anak. Tali-tali kapal yang bergulung di bibir pantai, terbayang sebagai tali-tali asli yang melilit di buratan kapal. Dinding-dinding kapal yang membantu terbayang sebagai kayu-kayu besar yang ikut kena imbas kutukan.

Sedih pula melihat batu yang bersujud minta ampun itu. Seolah batu itu bersujud ke kaki ibu yang arahnya persis pula ke arah barat. Tentu ini maksudnya kiblat.

Pikiran kecil itu dibawa sampai ke usia remaja. Sampai ke suatu masa, bahwa itu hanya replika, hasil kerja dari seniman dibawah kepentingan pariwisata. Penulis sadar bahwa kenyataan menjadi lebur bersama fakta. Penulis menyadari betapa kaba dan tulisan mampu menghidup imajinasi manusia selama berabad-abad.

***

Kini kabar terbaru bahwa Batu Malin Kundang itu telah ditenggelamkan kedua kalinya oleh air laut dan pertemuan air sungai. Kabar itu rupanya bukan kaba, melainkan memang begitu faktanya. Berita dan foto terbaru menunjukkan betapa Batu Malin Kundang sudah dilaknat untuk ke sekian kalinya.

Fakta ini juga menunjukkan replika Batu Malin Kundang tidak dirawat dengan baik. Kabar buruknya kalau imajinasi tentang Batu Malin Kundang itu tidak dirawat dengan baik, tentu sudah tertinggal kita selangkah di belakang. Yang dijual dari Malin Kundang itu sendiri adalah kaba dan imajinasi itu sendiri. Kalau imajinasi ini tidak dirawat untuk apalagi orang datang ke Pantai Aia Manih.[AT]

Artikel ini telah dibaca 46 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Pasca Menang Sayembara DKJ, Penulis Muda Sumbar ini Terbitkan Novel Berbahasa Minang

4 November 2023 - 07:59 WIB

Bangun Jiwanya Bersama SMA Pertiwi 2 Padang

2 November 2023 - 16:24 WIB

Magot di Tanah yang Subur

8 September 2023 - 22:58 WIB

Dangdut yang Dangdutan

11 July 2023 - 14:30 WIB

Menyatukan Rasa Memanjakan Lidah Bersama HokBen Padang

5 July 2023 - 14:22 WIB

Manaruko Nagari Sambilan Dalam Percaturan Minangkabau

9 June 2023 - 10:07 WIB

Trending di Kaba