terserah! sesuka hatimu saja sayangku
aroma silitmu buatku terkangkang…bulu kudukku naik dibuatnya & degup jantungku melewati batas bpm normal jantung. aku dilanda cinta yang luar biasa! di tanganmu obor menyala…menerangi sebuah autobiografi tak berpemilik yang mencatat bau amis sebutir cinta yang kita telan. berkat sebutir obat mag yang kucuri dari kotak P3K-mu… kita mencapai klimaks sebelum penagih hutang datang mengetuk pintu kamar. bagiku, kelas sosial tidak menjamin sebuah kepuasan bercinta & kita telah membuktikannya. “sayang, mau gaya apa malam ini?”
2023
aku butuh kresek hitam sekarang
tipi sengaja kumatikan, kipas angin kubiarkan hidup & buku-buku kubiarkan berantakan. namun tidak berselang lama, bala bantuan segera datang & pasukan bergajah tidak lagi menyerang. dada yang membusung menjadi fosil… digali oleh seorang paleontolog. ia mencoba pisahkan lapisan pasir yang mengeras dalam sekantong ketuban berperisa mengkudu di lambungku…
2023
ternyata kau yang mencuri jambu datukku
hari-hari kedepan bakalan mencurigakan. oleh karena itu, di mana pun kau berada… pandangan harus tetap menunduk. namun jangan sampai terhantuk! kau akan semakin kucurigai. tapi aku tahu betul tentangmu. menunduklah! tidak perlu tergesa-gesa… museum kebudayaan ini tidak akan pernah tutup… aku masih lama di sini… dia begitu sulit kutemukan. karenanya aku berada di sini. “lah! kurasa dahulu payudaramu tak sebesar sekarang, kau letakkan beberapa buah jambu di kutangmu?”
2023
biasanya, suara serak juga disertai dengan rasa gatal & kering di tenggorokan
kini hanya ada aku & buku-buku kirimu yang belum sempat kubaca. sebentar lagi buku-buku itu akan dijemput pula olehmu. kamarku akan benar-benar kosong hari ini. kasur ini, penuh bercak noda… selangkanganmu bau pandan. aku butuh korek api, “di mana kau meletakkannya?”… suaraku yang serak menjadi bahan gunjingan sekelompok ibu-ibu di warung. ibuku menghela nafas panjang.
2023
1 januari
tidak ada sesiapa pun yang membaca di perpustakaanmu… listrik padam & aku tidak tahu apa penyebabnya. tiap malam, sepasang muda-mudi penuh birahi bercinta di depan pintu perpustakaan. di antara graffiti yang ditiban kenikmatan yang berserak di lantai keramik berdebu. kesucian telah dirampas ketidakpedulian. langit berpolusi jadi saksi sebuah revolusi. kau tiba membawa sebotol minyak & seonggok api. kau membakar perpustakaanmu. sepasang kekasih yang tengah bercinta tersadar, bahwa cinta mereka telah usai setelah ejakulasi di menit kesepuluh sebelum kembang api mekar di angkasa. tahun berganti & mereka berpisah.
2023
Alfarizi Andrianaldi lahir di Teluk Kuantan, Riau pada 30 Oktober 2002. Saat ini ia tengah menempuh pendidikan Sastra Indonesia di salah satu perguruan tinggi swasta di kota Padang. Selain disibukkan dengan perkuliahan, ia juga merupakan ilustrator, komikus, & graffiti writer, sesekali menulis puisi, artikel seni yang berfokus pada graffiti & ia juga aktif di berbagai kegiatan kesenian. Karya komiknya dihimpun pada buku kompilasi “Iqomic, Dakwah Ala Komikus” (2019) & “Iqomic, Dakwah Ala Komikus For Kids” (2019), selain itu ia juga pernah mengikuti pameran kartun Pekanbaru Bandar Kartun Festival VVI Retrospektun (2018), & menjadi kolaborator seorang seniman Yogyakarta yaitu Siam Candra Artista pada pameran visual artnya Let’s Play (2021), tahun ini ia meraih penghargaan sebagai peserta terpilih pada panggilan terbuka penulis seni sobat rupa Galeri Hang Nadim Pekanbaru. Puisi-puisinya dimuat di omongomong.com, marewai.com, ruangjaga.com, & gudangperspektif.com. IG: @bin.adia.