Karya : Renaldi Yonra Febriansyah
Catatan kecil kutempel di baris-baris dinding rumah nenekku.
Tertulis tinta hitam; masa orang tua bersama diriku sendiri.
Masa-masa buana bagaikan taman bermain; di sana.
Berkejar-kejaran, tertawa-tawa bersamanya.
Wahai nenekku;wanita sepuh duduk di hamparan teras luas berangan ingin bermain dengan cucunya.
Menetes air matanya menahan derita tak bisa berdiri.
Sedih hati…
Menangis jiwa…
Wahai nenekku, semoga Dia melepaskan bebanmu.
Cucumu ingin berlari-lari, tertawa-tawa kembali padamu.
Menghapus ingus yang jatuh adalah kasih sayang saya.
Menjagaku di saat tiada yang mau menjagaku.
Dan kini, tiada yang tampak dari dirimu.
Kursi yang selalu di hamparan teras, tiada rasa ada bayangmu.
Ke mana kau bersembunyi?
Pikirku, permainan telah dimulai.
kaki yang dulunya mematung; tak bisa berdiri, sekarang menjadi tersembunyi.
Apakah kamu masih ada di rumah?
Tiada suaranya
Tiada suaranya
Tiada suaranya
Mengisak tangis lembut di pipiku, berpikir wanita sepuh tak bisa kutemukan.
“Nenek di mana???!!”
Tiada yang menyyahut!
Kecuali Air mata dari kedua Ibu Bapakku.
Wahai nenek ku; wanita sepuh yang duduk di teras luas di depan rumahnya dahulu.
Sekarang aku sudah belasan, tiada dirimu melihatku dengan pesan.
Wahai nenek ku; wanita sepuh yang duduk di teras luas di depan rumahnya dahulu.
Tiada yang membuat catatan ini begitu saja tertumpah.
menjadi kecuali suatu kenangan dari cucumu yang terindah.
(*)